Menulis Dialog dalam Fiksi [Part 2]

 

Terkadang, percakapan yang kuat harus pakai urat
(pls no)

Aight, post part 1 sudah diterbitkan, sekarang saatnya membahas teknik-teknik penulis untuk membuat percakapan terbaca S P I C Y dan menarik.


1. Panggung Dialog

Kamu penulisnya, kamulah yang harus set-up tempat mereka berdiri, berbincang, berdialog, bercerita. Bagaimana suhu ruangannya? Ada apa saja di sana? Apa yang karakter-karakter kalian lakukan di tempat tersebut, apa yang mereka bawa? Bagaimana mereka menyampaikannya bisa dipengaruhi oleh latar.

Di panggung dan layar tempat kamu membiarkan mereka berbicara, ada unsur-unsur yang bisa kamu mainkan. Contoh:

A. Lokasi

Lokasi adalah dasar dari latar tempat. Percakapan yang dibawa di tempat umum dan privat akan berbeda; mulai dari bagaimana mereka akan mengatakan hal tersebut, cara mereka bertingkah, dan... mungkin, akhir percakapan. Bayangkan satu percakapan di tengah kota tentang mencuri barang, dan percakapan lain di pojok ruangan privat yang sudah disewa. Apa mereka punya Thieves Can't? Isyarat, jargon yang hanya dipakai oleh pencuri ulung?

B. Cuaca dan Suhu

Cuaca berangin, dingin, atau panas bisa jadi bagian dari action/dialogue tag. Seorang pangeran mungkin diharuskan untuk menjaga raut wajah di kondisi apapun, jadi tidak relevan, tapi seorang penyihir es mungkin saja merasa risih dengan hujan badai yang membuat kulitnya bercangkang es sampai kandungan air di udara normal kembali.

C. Waktu

Pembicaraan di malam hari akan berbeda bila orang-orangnya ngantuk-- oke jangan ditiru. Tapi ingat bahwa waktu kapan mereka berbicara bisa jadi bumbu bicara juga.

D. Prop Object

Sisi ekstrim dari hal ini adalah; cara bicara kamu bakal beda kalau lawan bicaramu pegang pistol. Tapi apapun bisa jadi prop untuk dipegang saat berbicara. Orang yang banyak ragu mungkin akan memainkan kalung saat berbicara di antara jari-jemarinya, dan kapan lagi kamu punya kesempatan membiarkan villain ceritamu minum anggur sambil mengobrol di depan bawahan?

Ini bumbu favorit saya saat menulis challenge di Wattpad oleh WattpadFantasiID tahun ini. Kalau kalian perhatikan Scene 1 di cerita yang saya tulis di sana, saya sengaja membuat satu prop berpindah tangan lebih dari tiga kali dalam satu panggung dialog yang berlatar dapur. Sebetulnya itu karena saya habis mencoba mempraktekan prop object sebagai salah satu alat yang membuat percakapan jadi tidak statis.

(yay finally I have confidence to slip my story in my tutorial!)

pls read i will put the link here [LINK] 
(karena kompetisi sudah berakhir dan saya tidak menang feel free to
leave much needed C&C)

Tentu saja latar adalah hal spesifik yang akan sangat mempengaruhi pembicaraan, tapi panggung tersebut punya unsur khusus favorit yang senang saya mainkan. Cuaca dan waktu adalah dua hal yang saya rasa jarang dimainkan, dan peralatan panggung seperti objek yang dibawa kadang lupa dipakai untuk menunjukan karakter dan gaya bicara.

Use it! It's fun! Latar adalah bumbu menyenangkan dialog yang sering terlewat.


2. Interaktif

Kalau karakter ngoceh terus tanpa berinteraksi dengan karakter lain, namanya bukan dialog, tapi monolog.

Ingat, dasar definisi dialog adalah interaksi dua arah. Interaksi ini bisa pada barang (seperti penggunaan prop di panggung/adegan yang sudah disediakan) atau pada lawan bicara. Tidak berarti karakter kalian harus memecahkan piring yang mereka pegang setiap kali sedang berdialog, atau kalau kaget gelas jatuh dan pecah berhamburan di lantai. But there's a reason why cliche exists; dia sukses menunjukan emosi dalam percakapan.

Apa saja interaksi yang bisa dipakai dalam dialog? Beberapa interaksi yang saya suka untuk membumbui dialog antara lain adalah:

A. Interupsi (nonforum dan nonformal)

Bukan, bukan angkat tangan bilang interupsi ke moderator.

Jarang percakapan terjadi secara linear dimana satu karakter berbicara tanpa interupsi sama sekali. Kalimat yang terpotong adegan, kalimat lain, atau suatu hal yang terajadi tiba-tiba, adalah salah satu tiruan kehidupan realita. Contoh: Kamu lagi chatting sama gebetan gitu, tiba-tiba ketua kelas bilang salah satu dari kalian dipanggil menghadap ke ruang kepsek. Klasik, klise, tapi mirip kenyataan.

Tapi kalau gak mau pakai cinta dan maunya julid berurat...

"Kamu gila! Kamu cuma seorang, dan monster di luar gerbang--"

"Ratusan, ya, aku tahu." Cedric memotong. "Aku mungkin gila, tapi aku tidak tuli." 

B. Pegang, Sentuh, Tabok sekalian

Sentuhan adalah salah satu bahasa yang bisa digunakan bersama dengan dialog terucap. Sekalian, kalau karakter mau memotong kalimat tapi tidak mau dengan kata-kata, karakter bisa nginjek kaki atau nyenggol. Heck, sekalian, tabok saja orang yang ngoceh tentang bunuh raja di depan Sang Putri. Kalau bisa pakai kepalan tangan, jangan cuma plakk gitu.

Selain pakai urat, menyentuh juga bisa dengan cinta, dan bisa menjelaskan cinta macam apa yang dinyatakan oleh sang karakter. Aku sayang kamu yang disertai headpat berbeda dengan kalimat yang sama tapi disertai ciuman di bibir.

wow am adult now that I don't feel embarassed writing romance huh

C. Tangan pegang Barang

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, memegang barang adalah interaksi juga. Tapi saya mau menambahkan karena memecahkan barang itu seru.

It's my favourite for a reason.


3. What Left Unsaid...

Saya pernah baca di tutorial menulis rasa sakit dalam kisah fiksi dan tutorial menulis narasi tentang kekuatan misteri. Kurang lebih, bila diterjemahkan, tips itu berbunyi seperti ini:

"Kaus kaki anak yang robek, terhimpit di antara reruntuhan rumah kecil akibat ledakan di siang hari" jauh lebih kuat daripada menunjukan kekejaman perang terhadap anak kecil secara langsung. Terkadang, hal kecil bersuara lebih kuat daripada hal-hal besar.

Bagaimana tips ini bisa menolong kamu membuat dialog yang lebih baik?

1. Less is More

Kamu tidak perlu menulis segala informasi yang kamu ingin katakan kepada pembaca. Pertama, pembaca tidak bodoh; setidaknya mereka lulus SD kelas 3, dan dua, bila kamu sudah menunjukan sebuah adegan dengan hati-hati dan memberikan konteks, ide dan gagasan bisa ditanam langsung ke dalam pikiran pembaca.

Dalam percakapan dan attitude karakter, konteks dapat dibangun. Teman yang sudah belasan tahun menjalin hubungan mungkin akan saling menyindir tanpa membawa perasaan, sehingga menciptakan dialog agresif meski tidak ada yang tersinggung.


2. Aksi > Dialog (selalu)

Daripada menuliskan seseorang berkata, "Jangan sedih, kawan," ada lebih baiknya dialogmu diganti dengan seseorang mengusap punggung lawan bicaranya dan membiarkan pundak sebagai sandaran. Action speaks louder than words itu betulan; dan kalau memang ada momen tepat dengan aksi, dialogmu bisa menunggu nanti.


3. Contrast

Lisan bisa berbohong, tubuh belum tentu. Ada saat dimana kamu bisa menggunakan kontras antara lisan dan perbuatan untuk menciptakan dialog yang menarik.

"Ide bagus. Berburu di tengah malam sepertinya sangat aman." ucap Sharp sambil menyilangkan tangan di depan dada. "Jangan buat aku gali kuburan buat besok; aku sibuk."

Atau kalau mau romantis "diem atau gue cium" 


Sekian kumpulan tips yang saya suka gunakan. Mungkin bisa menolong, meski ini sepertinya tutorial yang melatih diri dan bukan catatan terbuka yang bisa digunakan oleh banyak orang.


No catchy monolog to say bye have a nice day for today

Rohaluss out

Komentar

Postingan Populer