Cara Menulis Dialog Romantis (enggak, kalian gak salah alamat blog)

 

bukan cuma kalian yang mempertanyakan kenapa saya sampai nulis begini
penulis blog ini juga kena mental damage, pls send me to RSJ

[Tutorial ini punya ratting 15+ karena mereferensikan romance, kekerasan tipe menengah dan aksi seksual dalam bentuk sebutan/bagian pembicaraan. Harap bijak dalam membaca]

Oke, selamat datang di Tulisan Imajinasi, tempat saya ngeblog dan merangkum tutorial menulis fantasy, cyberpunk, dan horror... ENGGAK KALIAN ENGGAK NYASAR INI CUMA TUTORIAL SEKALI SEUMUR-UMUR.

I can explain.

Gini; di grup terbuka yang saya ikuti, makin banyak orang yang nulis adegan romantis yang saya, sebagai orang yang belum pernah pacaran, ngerasa dialognya terlalu kaku. Serius, ini orang-orang kenapa sih mau ngegombal atau ngeromance aja kayak lebih kurang pengalaman daripada orang yang kerjanya nulis dan menganalisis dialog romance sih? Saya kan jadi gereget.

Jadi saya searching tutorial, baca wawancara penulis romance sampai genre smut, gimana sih kalian bikin adegan romantis yang bikin pembaca dag-dig-dug serr gitu. Dan, ya, saya, sebagai orang yang belum pernah bercinta, merangkum... sambil ngenes dan sambil banyak berharap. Saya membaca bagian wawancara coach nulis Rommy Summer menceritakan betapa romance itu adalah genre yang paling mudah juga paling sulit. Mudah, karena kita tahu akhir kisahnya. Sulitnya adalah mengaduk emosi pembaca di saat itu juga.

Dialog sebagai Bagian (Besar) Karya Tulis Romance

Mungkin cuma saya, tapi karya tulis romance yang saya baca kebanyakan berasal dari Visual Novel jepang dan barat. Otome Games, atau game berpasar wanita/gadis, mengutamakan penggalian karakter dari dialog antara Main Character dan cogan-cogan yang ada. Isi visual novel jarang berpusat pada narasi, sehingga menjadikan 80% konten romansa dari dialog.

Dialog karakter menjadi penting di sini. Dalam karya yang mayoritasnya terdiri dari banter antara dua insan untuk menjalin suatu chemistry, menulis dialog yang kaya akan karakter dan romansa adalah skill yang patut dipertajam.

Saya tidak akan menyuruh kalian mengenal karakter sendiri. Itu seharusnya kalian sudah paham dan kenal lebih daripada saya (atau minimal sudah baca tulisan saya yang lain di sini soal bikin karakter). Sekarang saya akan menulis bagaimana cinta dan hubungan dapat diucap lewat kata-kata... atau tidak terucap tapi masih tentang cinta.

DISCLAIMER: KALAU KALIAN PAKAI TUTORIAL INI BUAT NGOMONG SAMA GEBETAN SAYA GAK AKAN JAMIN SUKSES. INI TUTORIAL NULIS BUKAN TUTORIAL IDUP.



1. Jangan (terlalu) Mirip Real Life

Tunggu. Kalau kamu bilang jangan terlalu mirip real life, terus yang gak punya romance arc di idupnya bisa nulis romance, dong?

Nah man, touch some grass, pengalaman itu guru terbaik. Tapi yang namanya manusia, pembicaraannya pasti ngalor-ngidul tidak beraturan. Kalian juga gak akan suka kalau saya nulis dialog kayak gini:
 
"Halo, Kris." Sapa Eri.

"Hei."

"Kamu udah ngerjain PR belum?"

"Ngapain, guru itu kan gak pernah masuk kelas."

"Iya sih."
Kalau kamu nulis novel online udah, wassalam, pembaca udah buka buku baru. Usahakan kamu masih pakai teknik nulis dialog detektif dan misteri dalam menulis dialog. Jangan infodump, harus berkonten, punya niat, efektif, dan menunjukan karakter.

Selalu cari konflik dan reaksi dari setiap dialog. Mainkan ekspresi. Hubungan antar karakter disebut chemistry karena mereka saling bereaksi dan berikatan, guys. Kalau cuma dialog kosong, buat apa coba.

2. Bikin Konflik Bikin Sulit

Kalau bisa sulit, ngapain dipermudah?

Kalau orang nanya "lagi ngapain," orang bisa aja jawab dengan "lagi baca buku di perpus", tapi mana sulitnya? Mana konfliknya? Jawaban bisa didandani dengan jawaban genit, (Lagi nyari buku esek-esek buat riset) jawaban kasar, (lagi menghindar dari cowok mesum kayak lu) sampai jawaban yang bahkan gak ada hubungannya sama pertanyaan di awal (lagi berusaha merasa idup karena saya ded inside).

Jawab secara tidak langsung. Jawab dengan jawaban lain. Bikin masalah. Berbohong. Dialog harus saling tarik-menarik, supaya tegang dan unik.

Sesekali, selingilah dialog dengan konflik mini. Kamu bisa belajar dari cewek dipedekatein yang jawab pertanyaan pakai pertanyaan lagi. Bikin Male Lead menderita sesekali. Biar ashoy gebhoy gitu.
Eri melihat orang terakhir yang ingin ia temui di sekolah masuk ke perpustakaan. Refleks, ia mengambil buku terdekat, menutupi wajahnya, lalu berjalan cepat menelusuri lorong di antara dua lemari buku yang menyentuh langit-langit. Suara langkah Kris terdengar nyaring, di antara semua langkah yang terdengar suara ketukan itu seakan memaksa detak jantungnya berdentum seirama.

Menghindari Kris, Eri melintas bagian koleksi fiksi dan tanpa sengaja menubruk seseorang; cowok berbulu kelabu dengan mata emas menyala di remang-remang perpustakaan. Melihat Dante menyeringai, ia ditarik mendekat dalam pelukan, tepat sebelum Kris melewati mereka berdua. Tubuh Dante yang tinggi berhasil menutupi Eri, bulu lembut leher Dante menyentuh kening Eri. Detak jantung Dante mengetuk telinga Eri, bagai musik klasik, menenangkan.

"Kamu punya hobi dikejar cowok?" Dante berbisik setelah Kris keluar dari perpustakaan.

"Ngapain nanya?" Eri membalas gusar. "Lu bukan ibu gue."

"Aku ketua komite perpustakaan, Eri. Kalau bukunya ilang gara-gara kamu bawa pergi tanpa izin, yang tanggung jawab ya, aku." Dante menyeringai. "Beginipun, aku ini cowok yang bertanggung jawab."

Melihat ekor Dante yang berkibas riang, Eri mendorong buku yang ia pegang ke tangan Dante dengan kasar supaya dia berhenti. "Makasih udah nolong. Gue cabut dulu."

"Gak jadi pinjem?" Dante bertanya lagi.

"Gue anak IPS."

"Di perpustakaan ini, cuma buku biologi ini yang menyebut soal ras yang bisa punya anak campuran. Buku lain kena sensor karena kurikulum baru."

Eri menggerutu, wajahnya membara, namun masih berani untuk menatap balik muka jahil Dante dan berkata; "Idih, gak penting."
Tidak perlu selalu begini, tapi bisa diatur. Kalau mau tegang, kalau mau manis, kalau mau jahil, ya buat saja jadi masalah. Buat apa hidup tenang buat Male Lead. Bikin female lead meneruskan pembicaraan dengan tanya balik brutal.

Anyway...

3. Tunjukan Emosi

Kalau marah, pakai dialog pendek. Lagi sama putri, ngomong yang sopan. Pingin cium orang tapi ragu-ragu dan takut ditolak karena tidak yakin dengan perasaan lawan bicaranya, coba panjangkan dialog. Penuh dengan rasa ragu dan menyembunyikan keinginan sambil menyentuh sudut bibir lawan bicaranya gitu.

Atur panjang dialog dan irama tulisan dengan titik dan koma. Mau serius? Pakai kalimat yang panjangnya tepat. Emosi itu penting; ingat kita lagi bahas chemistry lewat dialog. Panjang pendek kalimat, kapan pakai titik, kapan dipotong dengan action tag, itu jadi sesuatu yang patut kamu mainkan.

Sesekali, kalau tempo cerita cepat, kamu bisa saja bilang 'dia marah', tapi ingat, marahpun orang melempar emosi itu dengan berbeda-beda. Contoh dua orang marah dan emosi tapi ditunjukan berbeda bisa dilihat di;
Jari Dante menggenggam keras, berusaha menahan kukunya untuk tidak keluar. Berhadapan dengan Kris di lapangan bola, hujan membasahi rambut mereka. Bel terakhir sudah berbunyi sejak lama, tidak akan ada yang melerai bila seandainya Dante terbawa emosi dan mengoyak wajah Kris. Tapi dia menahan; menahan ejek dan realita yang dihempaskan di depan wajahnya.

"Lu harusnya tau diri." Kris membentak. "Dunia ini enggak akan nerima lu sama Eri."

"Kamu kira aku lahir jadi feline karena aku mau?!"

Kris menaikan suaranya, untuk pertama kali menggunakan suara gonggongannya di depan sekolah. "Gue nyuruh gini demi Eri! Lu gak paham--"

"--paham apa, paham masalah keluarga kamu?" Dante memotong, geram. "Emang aku perlu paham apa, anjing."

Rambut lebat Kris turun menempel di pipi, menunjukan sepasang telinga hewan yang ia sembunyikan di balik hoodie. Posisi telinga itu lebih turun, namun hujan menyibak rahasia itu semudah membalikan telapak tangan. Dante tidak terkejut; dia sudah mendengar rumornya. Dia mendengarkan setiap bisikan, setiap suara, setiap informasi yang lewat di depan perpustakaan, cukup untuk membuatnya paham.

Dante paham Kris terluka secara dua arah. Dari persepsinya atas hubungan orangtuanya, dan dari Eri yang lebih memilih dirinya. Kebebasan Kris untuk memilih tanpa terhalang realita dan ras dihancurkan oleh keputusan Eri.

Dante menatap Kris kasihan, lalu berbohong. "Aku enggak ngerti dan enggak mau ngerti. Jangan samakan orangtua yang menyakitimu dengan hubunganku yang sama sekali tidak ada hubungannya."

4. Aturan Ada Untuk Dilanggar

Ya kalau sudah paham bahwa ada irama dan chemistry di balik dialog dan cara menghidupkan tension dalam romance, saatnya kreatif. Mungkin kamu bisa basa-basi yang romantis. Mungkin kamu bisa bikin tulisan singkat jadi ekspresif. Saatnya mencoba dan eksperimen.

Teruslah berkhayal. Teruslah menulis. Siapa tahu ada yang dag-dig-dug-serr pas baca tulisan kamu.


May your character chemistry bonds well
Rohaluss 2022

Komentar

Postingan Populer