Sambungan : Menulis Adegan Pertarungan (Rohaluss Way)

Hey, I'm BACK!!!

Yesterday was my birthday, so I decided to write something more.

Selamat datang di tutorial Rohaluss, dimana aku akan menjelaskan bagaimana cara menulis adegan pertarungan. Well, first thing first, aku bukan expert. Tapi setidaknya, aku bukan pemula-pemula amat soal hal ini. Ha! Gotcha!

Tapi pertama, markili (mari-kita-lihat) daftar pengguna senjata

Untuk cepatnya, kita bagi saja menjadi empat : Fist (tinju), Melee (senjata jarak dekat), Magic, dan Guns (a.k.a pistol)

Tentu saja mereka bertiga ini berbeda. Cara menulisnya mungkin (mungkin? Jujur, aku belum pernah menulis fist-to-fist) berbeda, dan mereka memiliki karakter tersendiri. Akan berbeda rasanya membunuh dengan pedang dan mengaktifkan bom dari radius 50.000 meter. Akan berbeda pula rasanya jika kau menggunakan sihir. Oke, sihir, kebanyakan orang menganggapnya tidak penting tapi justru itu yang akan sering kubahas.

First thing all, aku harus ke kamar mandi dulu. Enggak, salah. Aku tanya kalian, maksudku. Termasuk :

Apa yang dilakukan karaktermu disana? (Dalam contoh, sedang memata-matai)

Siapa saja yang terlibat?(Dalam contoh ini, Skye dan Demor, karena mereka karakterku yang baik hati. Penjahatnya adalah Shadow, karena aku gak mau capek-capek mikirin nama)

Dimana kejadiannya? (Aku serius. Pertarungan di padang rumput akan jauh berbeda dengan pertarungan di bar atau pemakaman. Just be simple : aku mau bertarung dalam ruangan saja.)

Kenapa karaktermu bisa terlibat dalam pertarungan itu? (Aku sudah membaca kasus dalam buku-buku FantasTeen, dimana sebenarnya pertarungan itu lebih baik dihindari saja. Lagipula, karakter utama enggak ada ruginya sama sekali. Malah, lebih untung kalau dia terus diam tanpa mengayunkan pedangnya. Itu cuma ejekan! Yang benar saja!)

Kapan? (Malam hari bisa membuat karaktermu kebingungan dari mana arah datangnya serangan jarak jauh, jadi cobalah untuk berpikir)

Bagaimana? Nah, this is where usually people stuck at. There is tons of way of writing action scenes. Karena Rohaluss adalah anak pemalas yang benci matematika, suka menggambar, dan cinta damai... Rohaluss memiliki satu cara mudah.

Note : Kalian bisa menggantinya dengan tulisan, jika kalian mau. Tapi ini caraku membuat adegannya. Gambar dan membuat sebuah adegan seperti Scriptwriter.

Bagaimana? Secara teks :

1. Shadow menemukan barang Demor yang berharga
2. Demor berusaha merebut dengan sihir angin (Note : Dalam ceritaku, Demor sebenarnya elemen tanah)
3. Shadow cepat-cepat menarik pedangnya dari kehampaan dan berusaha merebutnya kembali
4. Barang itu sekali lagi berpindah tangan.
5. Skye datang dan melihat pertarungan tidak masuk akal itu
6. Skye menyelesaikan pertarungannya dengan penemuan barunya
7. Obrolan.

Lalu, kita ubah menjadi sebuah kisah. Supaya lebih hidup, kalian bisa tambahkan kalimat, percakapan, efek, dan bahkan rasa sakit. And this is my shortstory, so enjoy!!

....
"Oi, Windy," Shadow menyapa. "Aku menemukan sesuatu di lantai hari ini."

Demor berbalik. Wajahnya mendadak pucat setelah melihat benda di tangan Shadow.

"Bagaimana kau-"

"Oh, Windy cutie, kau memang anak bodoh. Barang ini kutemukan tergeletak. Dan-"

"Whistene!"

Sebelum Shadow menyelesaikan kalimatnya, Demor merapalkan mantra ke arah barang itu, membuatnya melayang di udara. Lalu, dengan anggun, dia menangkapnya dengan tangan lainnya. Dia merasakan tangannya sedikit kaku setelah merapalkan mantra tanpa tongkat, namun di sisi lain ia lega.

Tidak tergores, pikirnya. Syukurlah.

"Call, Elix Swordium!" Sword merapalkan mantra, memunculkan pedang dari ruang hampa dan menerjang Demor. Dengan refleks, Demor menaruh kedua tangannya ke depan dengan bentuk perlindungan. Lupa bahwa dia masih menggenggam benda itu dengan tangannya.

"Bodoh!" Shadow menyabet tangan Demor, membuatnya melepas benda itu dari tangannya.

"Ah!!" Demor berteriak. Dia merasakan sakit yang membakar tangannya. Darah hitam menetes ke lantai, darah seorang elemental. Dia memegang lukanya, menekannya, berusaha meringankan pendarahan sambil menahan rasa sakitnya.

Sekali lagi, barang itu berpindah tangan.

Skye baru saja selesai mandi. Ia mendapati seorang murid baru dan Shadow berhadapan. Dia memutuskan untuk menarik Leighenmoore, pistol berpeluru sihir, dan menyembunyikannya di belakang punggungnya. Hanya untuk berjaga-jaga kalau Shadow membuat masalah (lagi). Sebagai ketua kamar nomor 10, dia harus menghentikan Shadow melakukan hal bodoh.

"Kembalikan benda itu, kumohon,"

Skye menarik nafas panjang setelah melihat sepatu anak itu. Ah, anak dari kamar nomor tiga. Anak jenius. Apa itu? Tinta? Oh, seorang elemental? Berarti itu... darah? Astaga...

"Dasar culun! Kau menyimpan benda ini? Seperti anak kecil saja!" Shadow melihat rambut pink Skye. "Kau menghalangi gadis cantik untuk berjalan."

Darah Skye naik ke kepala, "Kau bilang aku cewek?!!"

Demor berbalik, memberikan ruang yang cukup untuk Skye membidik kepala Shadow dengan pistol sihirnya.

"Shadoooow..." desis Skye, "Kau akan membayar untuk ini!"

"Ket- ketua... tunggu! Maaf, aku-"

"Thundera Flux!!"

Suara letusan terdengar, menggema di lorong itu. Sebuah cahaya melesat dari ujung senjata itu menuju dahi Shadow. Peluru itu meledak, lalu menghilang seakan masuk ke dalam kepala Shadow. Tembakan itu tidak membuat Shadow terluka, namun shock dari elemen petir yang Skye berikan cukup untuk membuat anak itu pingsan.

Skye mengambil benda di tangan Shadow, lalu tertawa sambil mengembalikannya pada pemiliknya, "Kamu rela nyari masalah hanya untuk sebuah batu? Wah, ada mata palsunya juga. Hebat..."

Wajah Demor langsung merah padam, "It... itu... aku... aku hanya-"

"Tak apa," Skye menaruh batu itu di atas tangan Demor. "Tapi kau bisa disangka gila, tahu."
...

Now, I hope you enjoy my story. Sekarang, kita masuk ke adegan lain, alias hal lain, alias bla-bla-bla lainnya.

1. Fist vs Fist (Pertarungan jantan dengan tinju)

Kau tahu, menulis adegan pertarungan dengan tinju itu menjebak. Tapi untuk dasarnya, coba tonton pertarungan tinju. Catat : hanya untuk dasarnya saja. Di medan perang, (atau chaotic momment di kisah kalian) pertarungan itu soal hidup dan mati. Tendang, pukul, hantam dengan batu, atau sekalian serangan langsung pada tempat berbahaya (uluh jantung, leher, atau lainnya. Author gak mau bahas, takut kepanjangan)

2. Melee vs Melee

This thing should be hurts. Pertarungan dengan pedang, kalian harus mencoba preposisi.

Lissa menyabet musuh dengan pedangnya.
atau...
Lissa menyabet leher musuh dengan pedangnya.

BONUS FACTS!!

a. Pedang anggar hanya efektif untuk menusuk, bukan menyabet (I just found a great mistake in some book...). Dan anggar adalah olahraga. Jika kau bertarung dengan anggar, ingat tendangan, pukulan, dsb.

b. Tameng bisa berguna untuk senjata juga!

c. Tombak memiliki dua ujung. Satu untuk menusuk musuh, satu lagi untuk mendorong musuh dan membiarkan temanmu menghabisinya. Dua-duanya mematikan, catat saja.


3. Guns vs Guns

Ada satu hal yang kupelajari setelah mencari jenis-jenis pistol (untuk referensi pembunuhan). Banyak sekali perang yang menggunakan pistol namun banyak pula yang menulis tanpa tahu guna pistol sesungguhnya. Aku akan membahas kesalahannya saja (karena jujur, aku sendiri gak tau apapun soal pistol pada umumnya)

a. Bottomless magazine (bener, gak, nulisnya?)
Pistol seperti ini adalah jenis pistol yang bisa menembak seratus musuh tanpa reload. Wow! Luar biasa bodoh. Tunggu! Tapi aku punya penyihir yang tidak me-reload senjatanya. Magic, that's why. Tapi tetap saja, magic-gak-magic juga, ada batasnya. Penyihir itu bisa capek, tau.

b. Nge-reload
Kamu pernah nonton anime yang nge-reload pistol dengan cara melemparkan peluru, lalu menangkapnya dengan pistol sambil muter dan menghindari serangan lawan? Ya. Itu maksudku.

c. GTA Logics
Gak perlu aku jelasin banyak-banyak. Tapi kalau kalian mau, nih, salah satunya :

Ditembak polisi berpuluh-puluh kali, sembuh setelah makan hotdog


4. Fist vs Melee

Ini... cukup gila. Tingkat kesulitannya cukup tinggi, dan beresiko terluka parah. Coba cari cara nge-disarm orang bersenjata dengan tangan kosong, lalu tulislah... semoga sukses!

5. Melle vs Guns

Argh! Emangnya lu udah gila? Kamu yang pake senjata jarak dekat ngapain bertarung dengan senjata jarak jauh? Kamu bisa ketembak kapan aja! Jangan macem-macem. Kabur aja, kecuali kalau kamu punya cara untuk disarm si pemilik tembakan itu terlebih dahulu. Dan kalau kamu punya nyawa lebih dari 9.

Tapi kalau dia hanya berjarak dua meter dari tempat kamu berdiri, gerak cepat, lakukan sesuatu dan jangan melakukan kesalahan.

6. Fist vs Guns

Wow... Gereget amat... tapi sama seperti Melee vs Guns, lakukan hal yang benar dan jangan membuat kesalahan.

BONUS!

7. Fist vs Sniper

Cukup. Kau akan mati.

Selamat mencoba. Have fun in your fantasy world!

Komentar

  1. I'm feel enjoy with your story, Thanks for good story ^^

    BalasHapus
  2. wow .. sangat menakjubkan .. pengan bikin story yang fist vs sniper kak :v

    BalasHapus
  3. Tolong contohin kalimat adegan fist vs pake pisau kak (?) Aku stuck banget kalau nulis adegan bagian ini huhu :"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Actually, beda karakter, beda pertarungan. Apa lawannya profesional? Apa dia seorang petarung? Apa dia anak-anak? Berapa tahun dia bertarung? Aktif? Pasif? Berapa umur mereka? Tinggi badan? Latihan atau pertarungan antara hidup-dan-mati? Hal-hal kecil bisa membuat pertarungan agak berbeda.

      But yeah. Here is contoh.

      Offensive Knife-apprentice vs Defensive Matrial-artist, friendly fight.

      Liliana menaikan ujung pisaunya, tidak lebih tinggi dari kepala dan tidak lebih rendah dari perut. Memasang kuda-kuda, dia menatap pria di depannya.

      "Ayolah, tidak perlu tegang," pria itu bersenandung. "Aku tidak bersenjata."

      Tidak bersenjata, tapi berpengalaman. pikir gadis itu. Dan musuh berpengalaman malah membuatku gugup

      Pria itu menaruh tangan kanannya di depan wajah, siap memblok serangan Liliana, dari manapun ia akan menyerang. Tatapannya mengundang, seakan berkata 'silahkan'. Tapi tubuhnya tidak menunjukkan celah.

      Sekarang atau tidak sama sekali, pikir Liliana. Toh, ini cuma latihan.

      Lalu ia menusuk, menyerang dada sang pria-- bidikan ujung pisaunya meleset!

      Pria itu menggenggam pergelangan tangan Liliana. Dengan gerakan lihai, ia memutar tangan gadis malang itu dan menjatuhkannya dengan kuncian.

      Pisau itu terjatuh. Angin berhembus meniup padang rumput. Liliana bisa merasakan tanah menutupi permukaan wajahnya.

      "Bodoh," gerutu pria itu. "Tahu ini latihan, tapi serius dikit napa?!"

      "Tanganku!" lirih Liliana. "Kau mematahkannya!!"

      "Tidak, aku hanya menahanmu, dasar cengeng. Berdiri dan ulangi lagi!"


      Oke, that was a bad example. Serius, jangan dipake :v

      Hapus
  4. wahh, lumayan buat nambah observasi...

    BalasHapus
  5. makasihh kak,,lumayan untuk referensi

    BalasHapus
  6. Tidak minat di bidang ini. tpi ini blog kok sadis menarik, suka sama ekspresi menulisnya. ceplas ceplos gokil
    salam kenal yo

    BalasHapus
  7. kak, ku mau tau bagaimana cara penulisan efek suara yang tepat saat adegan pertarungan ?

    BalasHapus
  8. Melle VS guns tuh di noragami,yato vs bishamon

    BalasHapus
  9. Btw, dah baca 2 artikel kk n semuanya bermanfaat sekalee😍.

    Jujur ni lg stuck di adegan tarung elemental, haduh

    N sekarang nemuin artikel ini, wah2 dapet keajaiban sate, wkwkwk

    Tengs much ya kk, sangat membantu👍😉

    BalasHapus
  10. Btw, contoh adegan tarungnya mantab. Aku suka diksi kk.
    Trus klo boleh tau, nama novel kk apa ya?

    //Sangat kepo ;))))//

    BalasHapus
  11. Makasih kakk. meski aku perempuan, aku merasa terbantu dengan artikel kakak:D jd ngerti deh gimana caranya

    BalasHapus
  12. Fist vs fist gimana kakkk. Kok susah ya kayaknya. Aku butuh judul cerita yang ada adegan itu-,-

    BalasHapus
  13. Kak, kasih contoh dong. Dua orang melawan sepuluh orang. Gak pakai senjata, kayak tinju-tinju gitu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer