[Open Discussion 1] FantasTeen Seperti Apa Sih Yang Menurut Saya Bagus?

Berikut di bawah ini adalah skrip video YouTube dengan judul yang sama. Bagi yang berminat menonton atau benci membaca (dih, penulis gak suka baca) silahkan klik video di bawah atau ikuti tautan ini. [LINK]

BTW, Minor Spoiler Alert buat: Absolute Zero, Saving Ludo

Major Spoiler buat: Lucid Dream, Black Reminiscences

Halo. Saya Rohaluss. Tiba-tiba pingin aja gitu bikin video youtube ngebahas FantasTeen, mumpung udah ketuaan buat nulis, sekalian membuka diskusi terbuka ini dengan sesuatu yang ringan. Also karena mereka lagi pamit, jadi kalau saya ngehina atau ngebagus-bagusin mereka mungkin gak akan tau. Jadi pingin dibuka, dengan sesuatu yang enggak bikin orang takut berpendapat. Cuma bicara soal apa yang menurut saya benar, meski mungkin bakal nyinggung penulis muda.

Kalau ditanya kenapa bentuk video, yah... ya saya juga mau buka diskusi lewat discord atau tatap muka, tapi jujur aja saya agak self-aware bahwa saya ini wanita 20 tahun yang cadel dengan suara mini. Gimana atuh. Mungkin saya bisa mulai dengan mendengarkan diri sendiri bicara dulu sebelum commit on this discussion project.

Terus, sebelum saya mulai gitu, makasih buat orang yang masih baca blog atau Wattpad saya. Maaf udah gak aktif di sini. Kuliah capek, dan dulu saya yang suka banget nulis blog kalau capek malah pindah ke gaming. Tenaga berkarya saya dipindahkan ke melukis dan gambar, tapi gapapa kok. Nanti juga saya mulai nulis lagi, kapan-kapan.

Jadi... FantasTeen yang bagaimana sih yang menurut saya bagus? Yah, dosen saya pernah bertanya di kelas, apakah kami para mahasiswa pernah melihat karya seni yang luar biasa. Pertanyaannya hampir sama kok dengan judul video ini, cuma diganti objek. Beliau bilang, melihat karya yang bagus itu kayak kerikil di sepatu kamu. Mengganjal saat kamu pergi.

Dengan pernyataan itu, saya berpikir lagi. Buku apa yang pernah mengganjal di hati saya?

Yang suka stalking FB atau follow saya di IG, mungkin pernah tahu siapa karakter FantasTeen favorit saya. Atau penulisnya. Entah. Kak Fauzi Maulana, dengan ketiga karakter cowok 'tua' (alias di luar umur remaja) yang sangat daddy - bahkan salah satunya literally seorang ayah. Apa saya bias karena suka om-om tua waktu SMA dan enggak suka cowok seumuran? Mungkin. Tapi sejauh yang saya baca, dari 53 buku FantasTeen yang saya sudah baca, cuma ada satu cowok  rambut item yang tinggal di Bandung dan di tengah cerita nodong supermarket sambil berusaha menyelamatkan dunia, padahal dia cuma seorang reporter koran Harian Bandung.

Bagi kalian yang enggak suka bukunya, saya ngerti kok. Begitu saya bawa buku ini buat diskusi di sekre unit kampus, komentar mereka sama. Premis bagus, eksekusi kalimatnya patah-patah kayak tusuk gigi diserempet truk, satu kilometer kemudian baru dipungut. Bacanya sakit. Saya berdalih, idenya bagus. Beda sama yang lain. Waktu terbitnya dekat dengan kondisi matahari pas lagi sangat aktif di tahun 2012. Enggak ada satupun buku sebelum dan sesudah itu yang memiliki karakter di atas 20 tahun, kerja, dan pergi menyelamatkan dunia tanpa kekuatan super. Sayangnya, mengutip tidak langsung kalimat senior saya, "buku yang bagus dengan eksekusi jelek itu lebih menyakitkan daripada buku yang beneran jelek, soalnya kamu tahu dia bisa jauh lebih bagus daripada ini."

Still, Absolute Zero adalah all-time favourite saya, tidak peduli kata orang. Apakah buku itu mengganjal hati setelah saya selesai? Ya. Karena harusnya buku itu ada sekuel. Juga karena kamu ingin tahu --- apa sih yang seorang reporter bisa lakukan untuk menyelamatkan dunia? Hidup dia betul-betul dijungkir-balikan kurang dari satu bulan dan sekarang dia diincar teroris. Secepat 100 halaman naskah buku. Plis. Satu misteri ke hal lain secepat itu --- karakter utama pernah salah, salah parah sampai harus memutar balik persepsi awal. Apa itu orang baik? Siapa yang salah?

Oke, saya berhenti memuji Absolute Zero. Kita bahas buku FantasTeen yang menurut saya bagus secara universal, enggak ada embal-embel anehnya. Saving Ludo dan Lucid Dream. Premisnya? Tentang remaja yang menjual jiwanya ke setan untuk menyelamatkan teman, dan satu lagi tentang sifat dasar manusia yang tidak ingin mati.

Major spoiler buat Lucid Dream untuk tiga menit ke depan… dan mungkin sebelas buku yang saya gak akan sebut namanya. Di akhir cerita, saat Nadine Harper dan Christoper Locket menemukan alasan kenapa mereka indigo, dan disebutkan bahwa Nadine adalah donor mata Chris, dan dia sebenarnya hantu. Karakter utamanya sudah mati. Lalu dia memberi tahu Chris bahwa mereka berada dalam mimpi Chris - dia koma, karena kecelakaan, dan belum pernah bangun.

Oke, kalian gak akan ngerti konteks kalau gak denger ini, minimal kalian harus tahu bahwa ending di mana karakter utama sebenarnya seorang anti-hero atau sumber kejahatan segala sebagai plot-twist itu udah kebanyakan diulang. Tapi kenapa ending Lucid Dream yang diulang puluhan kali itu efeknya beda setelah diulang belasan kali di buku-buku penulis lain?

Yah, saya yang dulu agak kolot, jawabnya karena enggak original. Padahal gak ada yang original di muka bumi ini.

Enggak.

Satu-satunya cara Nadine supaya bisa kembali hidup adalah dengan hidup sebagai Christopher Locket. Kalau memang hanya itu caranya, apakah kamu, pembaca, dalam posisi yang sama, mau melakukannya?

Dalam Saving Ludo, teman kamu satu-satunya sakit kanker darah dan Tuhan tidak menjawab doa kamu. Lalu kamu diberi satu kesempatan pasti untuk menyelamatkannya. Dari setan, sih. Dan kamu melihat Theo, mengulurkan tangannya demi satu-satunya teman yang dia miliki, bisakah kamu menyalahkan dia?

Buku-buku selanjutnya memang menghadirkan plot twist di mana karakter utama itu penjahatnya, atau bertema Anti-Hero atau Evil-Protagonist, tapi jawabannya sesederhana 'ya dia psikopat' atau 'dia monster'. Sudah hakikat dia jadi jahat, dan semua ini cuma bohong. Iya. Bohong. Pembaca, kalian dibohongi selama ini. Ya jelas lah perasaan yang ditinggalkan beda. Saya lihat kamu, Kak Akbar Suganda, kalau kamu pikir Ghost: Auntumn itu bagus, I digress. Akhir 'karakter utama itu jahat karena dia setan/ monster/ emang jahat dari awalnya' tidak akan meninggalkan pesan apapun. Cerita selesai, tamat.

Jadi, apakah FantasTeen yang bagus harus menciptakan pertanyaan dengan akhir menggantung?

Eh... enggak juga.

Saving Ludo gak ngegantung.

Atau mungkin karakter dan sifatnya yang harus kompleks?

Mungkin sebaiknya saya kasih satu contoh kisah sederhana yang tidak serumit Saving Ludo dan Lucid Dream, meski masih tulisannya Kak Fauzi.

Sori. Ku ngefans.

Black Reminiscence, menceritakan kisah seorang ayah yang pulang dan mencari anaknya. Enggak. Enggak ada plot-twist. Kamu kalau baca itu dari awal… gak ada plot-twist sama sekali. Gak. Enggak. Kamu melihat kecelakaan beruntun dalam slow-motion. Perlahan-lahan kamu sadar ada yang tidak beres dengan kepulangan sang ayah mencari Samantha. Rowley cuma ingat Samantha masih empat tahun dan suka boneka sapi. Samantha sudah berumur lima belas, kecanduan narkoba, dan sangat-sangat takut dengan pria bertopeng dengan rambut merah menyala. Spoiler alert, Tom Rowley dideskripsikan punya rambut merah, seperti Samantha. Ceritanya tamat satu buku (syukur, ku gak mau digantungin Dream Traveler dan Absolute Zero yang SANGAT PERLU SEKUEL) dan selesai. Tamat. Kecuali kamu mau bilang badut psikopat lepas dari penjara itu menggantung ya itu beda cerita.

Tentu saja ada yang mengganjal di sana. Pemakaian obat terlarang, orang tua bermasalah, hilangnya peran Ayah di rumah tangga, dan ending jelek bagi setiap pelaku yang terlibat. Yah... itu semua membuat pembaca bilang, 'sukurin, makanya jangan minum alkohol, jangan pake narkoba!'

Dan menurut saya itu juga keren. Ngapain bikin buku, diterbitin, dan enggak menyelipkan pesan tersendiri, cuma bikin takut pembaca aja. Memang enggak sekeren bikin pembaca berfilosofi secara tidak langsung, tapi ada sesuatu yang kamu tinggalkan untuk pembaca. Sesuatu untuk kamu pikirkan, dan kamu sampaikan ke orang lebih banyak.

Menurut saya, FantasTeen yang bagus itu yang menyampaikan sesuatu. Entah itu perjuangan besar mengejar kebenaran dan tidak percaya hoaks, mempertanyakan moral dan ego manusia, mempertanyakan posisi Tuhan dalam menjawab doa hamba, atau sekedar kampanye tidak langsung tentang narkoba, karya fiksi bisa menyampaikan pesan yang lebih daripada sekedar horror dan... sok pinter ke pembaca.

Menurut saya, penulis punya kekuatan lebih dari membawa pembaca ke dunianya. Bukan tentang horror atau fantasi. Bukan tentang dunia baru. Tentang makna dan manfaat lain selain eskapisme belaka. Melampaui horror seram, melampaui novel epik, kalian punya kekuatan lebih di atas semua itu. Pesan. Makna. Pertanyaan.

Menurut saya, FantasTeen harusnya sekeren ini.

Sekian.

Bagi kalian yang punya pendapat jauh daripada pendapat dangkal saya, silahkan komentar di bawah.

Ikuti tagar #FantasTeenPamit atau @rohaluss di Instagram untuk meme dan topik-topik pembahasan selanjutnya. Ide bahasan, pertanyaan soal FantaTeen mumpung lagi pamit dan gak dilirik, atau ide fanart, terserah deh. Bikin saya kaget sama ide gila kalian para remaja juga gapapaps.

Kalau kalian bikin fanart Absolute Zero plis tag saya dan bikin tagar #ArusRevoirHusbanduSejati

Summon saya dengan #ArusRevoirHusbanduSejati


Komentar

  1. Admin saya mau tanya dalam pembuatan sebuah cerita Novel yang di harus kan untuk layout size ukuran kertas itu (A5),(A4),(A3) yang saya lihat di internet layout nya A5 sedangkan saya selama ini menggunakan A3 serta font size 14

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertanyaan saya yang di wajib kan untuk membuat Cerita novel A5 dan A4 atau A5 lalu size untuk font berapa paling besar dan untuk paling kecil membuat novel

      Hapus
  2. Halo , aku pengunjung baru blog kamu kak. Aku bukan penulis, tapi suka baca cerita fantasi. Aku juga suka baca blog kamu. Mungkin baca blog jadi hobi baru... Semangat terus ya bikin blognya. Bagus kok,,,, untuk standarku yg bisa dibilang pemilih bgt. Tulisannya Bagus dan kamu juga ramah. Sukses terus..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer