Menulis Paragraf [Q 'n A Requested Tutorial]
HORE, REQUEST TUTORIAL OFFICIAL PERTAMA! *lempar confetti* |
Serius, saya enggak punya teknik buat hal ini. Saya sendiri nulis paragraf seadanya, dan saya enggak takut nulis Non-effective paragraph karena... saya ini bukan tipe penulis yang suka pakai Show. Saya lebih suka pakai Tell, dan gaya tulisan saya jarang rentan terhadap NEP ini.
Saran saya untuk menghindari NEP, buatlah paragrafmu seefektif mungkin. Meskipun kamu showing, ya, cobalah untuk mendeskripsikan apa yang perlu dideskripsikan. Apa gunanya mendeskripsikan selimut yang ia gunakan kalau akhirnya selimut itu enggak ada apa-apanya.
Eh, kecuali kalau membangun suasana dan latar.
Tuh kan, saya suka merusak apa yang ditetapkan penulis lain...
*cough*
Udah, saran saya sih satu. Jangan dihindari dan...
DON'T LET YOUR DREAMS BE DREAMS |
Karena kalau kamu terlalu fokus menghindari NEP, nanti malah enggak nulis-nulis. Embrace the NEP. Setelah first draft kamu selesai, baru edit. Editnya kalau perlu bareng sama orang-orang yang bisa ngedit. Kalau bisa, baca keras-keras. Kalau kamu bisa... makan aja tuh NEP sambil teken backspace, diselimuti enter dan jari-jari yang belepotan huruf keyboard.
Menulis paragraf yang benar, ya? Em... Paragraf apa?
Deskripsi/Narasi : Five Sense Technique
Jangan batasi dirimu hanya dengan apa yang karaktermu lihat. Apa yang mereka cium? Apa yang mereka rasakan? Apa yang mereka pikirkan saat merasakan semua hal itu bersamaan?
Langsung aja ke contohnya. Karakter saya, Elizabeth Dwayne (dia bakal jadi karakter di komik gabungan sekolah saya EGS tercinta), sedang berjalan pulang.
Taruh kalimat utama di awal, lalu tambahkan dengan bumbu-bumbu indera;
1. Apa yang kemungkinan besar ia lihat?
2. Bagaimana suasana di sana?
3. Apa yang ia rasakan?
4. [insert berbagai macam indera di sini dan buat pertanyaannya, because I'm super lazy right now]
Hari sudah terlalu sore, dan Elizabeth Dwayne memikirkan alasan seandainya ayah dan ibunya bertanya apa yang ia lakukan sampai pulang terlambat. Sambil berjalan, iamendangahkan kepala, melihat lampu-lampu toko yang berkelip indah. Etalase yang menjajakan makanan dengan aroma kayu manis membuatnya lapar. Tapi dia tetap harus berjalan. Dia tidak punya uang untuk membeli roti dan makanan manis itu.
Untuk narasi sendiri, inspirasi saya ada tiga penulis. Kalian pasti tahu dua penulis FantasTeen yang sering saya ulang namanya disini, sampai-sampai aku yakin kalian tahu sebelum saya sebut. Buat yang baru nongol di blog saya, yah... Siapa lagi kalau bukan Abang Fauzi Maulana dan Mbak Ziggy.
Khusus untuk penulis lain, ada satu yang bernama Anthony Hyde, Penulis dari The Red Fox, saya punya bukunya sendiri, dan saya kelepek-kelepek pas baca narasinya.
Aku punya bukunya Anthony Hyde, beli di Reading Lights dan... astaga, saya mungkin lebih suka dia daripada JK Rowling. NOPE. Aku gak pernah baca buku JK Rowling versi bahasa inggris. Sementara, dia panutan saya untuk orang yang bisa membangun suasana.
(nb : saya jatuh cinta sama karakter Robert Throne di sana)
Dialog/Monolog : Cut, Curse, Clever, and Clean
Ini saya dapet tips dari berbagai sumber, dan hell yeah, it helps me a lot.
CUT : Potong aja kalimatnya supaya lebih hidup. Kalimat asli jarang selesai, terutama kalau lawan bicaranya mau cepet dan enggak sopan.
CURSE : Orang kadang ceplak-ceplok (telor?) berbicara menggunakan bahasa kasar. Lihat saja orang-orang yang suka nongkrong di pinggir jalan dengan kawan-kawannya. Tapi ingat rating dan tujuan pembaca kamu.
CLEVER : Jangan bikin percakapan bego. Maksud saya, ya... kalau lagi berbicara soal mayat, pastikan kalian tahu apa yang kalian tulis. Jangan sampai kalian digampar pembaca yang tahu lebih banyak daripada kalian! (Kecuali kalian lagi nulis karakter sok tahu, itu lain cerita)
CLEAN : Udah, bicara yang penting aja. Jangan banyak basa basi dah.
Udah ya, semoga membantu! //perasaan enggak deh, bang
Wah, nggak nyangka pertanyaan saya dijawab. Maaf ya, kalau nyusahin...
BalasHapusSaya suka kebanyakan ngasih deskripsi. Apalagi, saya pakai sudut pandang orang pertama yang mencantumkan pemikiran dan pendapat sang tokoh. Lama kelamaan, saya lupa sendiri mana yang masuk paragraf ini, mana yang bukan (malah pernah dalam satu paragraf ada lebih dari satu ide pokok karena pengaruh pendapat tokoh tersebut yang bertubi-tubi). Dan betul, saya sering ngedit di tengah-tengah padahal belum siap karena masalah ini. Jadinya, nggak selesai-selesai, deh.
Makasih ya! Sekarang lebih jelas. Sangat membantu, kok!
Saya pikir saya tidak membantu banyak >.< Mumpung saya belum terkenal, ya... kayaknya saya bisa jawab request satu satu.
HapusEh, ngasih banyak deskripsi bagus loh! Kalau kamu udah biasa, nanti membangun suasana bisa dilakukan sambil setengah tutup mata. Enggak salah, kok!
Ya... soal ngulang-ngulang ide pokok cerita... itumah jago-jago kamunya. Mana yang perlu diulang ulang aja gak apa-apa. Kalau enggak terlalu penting... up to you, ditinggalkan jadi pembangun suasana, dihapus mempersingkat acara.
Ya, saya juga suka ngedit di tengah-tengah kok. Tapi diusahakan jangan 5 menit nulis 10 menit ngedit. Udah, ngedit belakangan. Jangan banyak-banyak kecuali bikin mata sakit.
Senengnya bisa bantu <3 sama-sama nak!