Bahasa Tubuh – Bagaimana Karaktermu Bereaksi

Kembali ke Rohaluss Tutorial Writing tipzz...

Iya, Rohaluss keserang virus alay dari temen. Jangan tanya siapa, da kalian mah apa atuh, kenal aku aja enggak. Pokoknya, di episode Rohaluss Writing Tips kali ini, Rohaluss akan membahas gerakan tubuh karakter berdasarkan apa yang mereka rasakan.

Aku mendapatkan tips ini karena aku sadar bahwa aku sering mengulangi ekspresi yang sama berulang-ulang. Bosen, kan? Iya, bosen banget. Karakterku sering mencicit dan mendesah, terlalu sering. Jadi... here is my collected things I got from internet.

Kesal :
Memutar mata, menghela nafas, Menyipitkan mata sambil sedikit memiringkan kepala (Elu masih hidup?), merenyit, rahang mengatup, tangan mengeras, meremas barang di tangannya,

Bawahan kesal :
Marah/emosi kayak gitulah :
Melotot, merenyit, mendesis, mendecak, rahang mengatup, menatap tajam, bibir yang mengerucut (eh? maaf, mungkin tidak) pupil mengecil dan lubang hidung membesar. Wajah memerah juga. Biasanya mencoba terlihat “besar”. Pundak dinaikkan, kaki tidak merapat seperti ‘siap di tempat’ melainkan ‘istirahat di tempat’, tangan mengepal, menunjuk, gerakan lebay, memukul meja dan menggampar orang di sebelah. tangan tersila di dada.  Mengambil tempat orang lain dan mendorong mereka menjauh (pergi, kau! Ini tempatku!)

Tersinggung :
Terlihat kesal (lihat daftar di atas), biasanya menatap tajam sang penyinggung, balas menyindir bisa menjadi refleks, atau menggeram.


Takut : Mata melebar, alis naik, mulut terbuka, pundak naik, agak maju dalam rangka (?) ‘mengecilkan’ diri, bergetar/menggigil/membatu di tempat, duduk sambil goyang kanan-kiri kayak mainan bayi sambil memeluk lutut.
  Turunan Takut :
Panik : Bolak-balik kayak setrikaan, menggumam atau teriak. Minta pengulangan (“Apa katamuhhh?!!”) dan langsung kurang bisa berpikir jernih.

Gugup :
 Menelan ludah, Memainkan dengan hal-hal kecil (pensil, cincin, dsb... yang jelas bukan main cewek), menggigit bibir, menahan nafas atau mempercepat nafas, mata kosong, tangan berkeringat, tertawa kaku, dan rima bicara semakin cepat.
Mereka biasanya tidak melihat ke arah orang yang membuatnya gugup. Matanya seakan menguasai/mencari hal lain, tapi bukan mata orang di depannya. Bukan mata. Bisa sepatu, dsb.

Sambungan Gugup :

Berbohong : Mereka akan gugup karena takut tertangkap. Senyum yang dipaksakan, senyum manis tapi mata mengejek, menyentuh wajah, tangan menutupi wajah, menyentuh telinga, menghindari kontak mata. Mengedip lebih sering, menggaruk tenguk/belakang leher, menggelengkan kepala sambil berkata ‘ya’ bisa jadi...
Jika dia duduk, maka bersandar akan membuat ia terkesan tidak tertarik/menghindari topik. Atau memainkan handphone, jika ada, bisa membantu.


Senang :
Sudut bibir terangkat (cara lain mendeskripsikan senyuman), tertawa, mata melebar, melompat girang, mengayunkan lengan, atau berjalan setengah melompat (skipping)

  Turunan senang :

Kekanakan/Ramah : Menaik-turunkan alis, mengedipkan sebelah mata, menyenggol pundak.

Bahagia : Kepala sedikit ke belakang, bibir sedikit terpisah karena senyum yang lebar, mata terbelalak lebar atau tertutup.

Menyambut senang : Menggosokan tangan, menjilat bibir, melompat-lompat di tempat, tersenyum lebar.


Bosan : Memainkan benda di depannya, melakukan hal sama berulang-ulang (mengecek SMS, mengetukan jari/kaki...) kepala bertumpu tangan, dan menatap hal lain yang lebih menyenangkan seperti jendela... atau apapun itu.


Memperhatikan : Mengangguk lambat, duduk agak membungkuk ke arah pemberi perhatian (istilahnya apa? Lupa aku...) , mencatat, dan menatap.


Percaya Diri : Kepala terangkat, dada membusung dan berdiri tegap. Jalannya tegas tanpa basa-basi.

Turunan Percaya Diri :

Superiority/ “Gua Senior Nih” : Dagu agak naik, sedikit senyum, tidak menoleh kecuali pada orang-orang yang ia anggap penting, memasukan baju ke kerah sambil berkata “liat nih baju yang lebih mahal dari yang lu semua punya” (bukan pengalaman pribadi)

Bangga (atau bos-bos, lah) : Dagu naik, dada membusung, pundak ke belakang, bersalaman dengan keras sampai tulang tapi gak sakit (Cuma, yah, maksa), dengan mata yang tidak mengedip dan tegas.


Nanti dilanjut, tetap di Rohaluss Writing Tips. Minta ekspresi? Tulis di komentar. Happy Writing!

Komentar

  1. Waw, aku sendiri kurang merhatiin sampai ke sana. Paling bahasa tubuh aku mah buat menuhin celah di antara dialog terpenggal biar gak bosen. macam:
    "Kamu menuduhku?" tanyanya dgn suara meninggi. Tangannya mengepal siap diayunkan ke wajah lawan bicaranya. "Kamu nggak tahu aku ngapain waktu itu?" Yah, kira2 begitu.
    Aku blm tahu kalo ternyata bahasa tubuh juga mewakili perasaannya si karakter. Serius,
    Btw, nice inpoh ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau aku, sih, lagi latihan pake info ini juga. (jadi aku nemu ini di forum, trus aku ringkas sendiri) Soalnya, kalau cuma dipake kata 'kesal', 'sedih', atau lainnya, agak plain gimana... gitu...

      Aku sedang mengurangi kata-kata seperti itu ^^ dan menggantinya dengan kata-kata yang menjelaskan, bukan memberitahu. (Show Not Tell)

      Ini maksudnya buat mengganti paragraf ini :
      "Demor sedih bukan main"

      Dengan paragraf ini:
      "Demor menyandarkan punggungnya ke tembok. Dia menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit di dada yang berusaha menyeruak ke luar. Matanya terasa panas, sementara tubuhnya menggigil kedinginan..." (silahkan lanjut sendiri)

      Sekedar tambahan aja, sebenernya bahasa tubuh dipakai untuk menggantikan "kata" dan "tanya" dalam penjelasan dialog, seperti :

      "Kau gila," kata Linda
      "Baru sadar?" tanya Blade
      "Dan kau bangga akan itu?" kata Linda

      Walah, bosen kalau kayak gitumah :D Anyway, aku senang ini membantu ^^

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer