Tips Menulis : Menciptakan 'Suara' Karakter [feat: FantasTeen Characters]

Hey~heloo, bertemu (lagi) dengan Rohaluss. Sudah lama aku tidak menulis apa-apa, jadi aku coba yang lain...  Another tips yang... (dammit) aku belum terapkan ke tulisan sendiri sepenuhnya. Aduh... aku cuma pake setengah dari tips ini...

Tapi semoga kalian bisa bereksperimen.


Perlu diketahui bahwa saat membaca buku, kalian tidak dapat mendengar suara karakternya.
Tantu saja aku tahu hal itu. Kalian pikir aku ini orang gila?

Tapi yang kumaksud 'suara' di sini adalah bagaimana cara karaktermu berbicara dengan keunikannya.
Aku sering membaca cerita yang... oke, kalian harus tahu walau bakal sakit... kisah yang setiap orang berbicara dengan cara yang sama. Hayoloh, siapa yang pernah melakukannya? Jangan khawatir. Aku yakin setiap penulis pernah melakukannya.

Without futher ado, aku akan menggunakan karakterku, Caroline Alessa Wells si Detektif Topi Merah (my character), Christoper Robin (seri Fantasteen : Lucid Dream by Ziggy) sebagai 'kebanyakan' yang dibahas, dan masih banyak lagi. Tadinya, sih, mau satu karakter lagi, tapi aku kehilangan bukunya. Hm... oke, langsung saja contoh. Berikut adalah hal-hal yang mempengaruhi cara karaktermu berbicara.

Nb. Aku kebanyakan pakai Chris karena dia mencakup hampir semuanya.

Bintang tamu *karakter* FantasTeen di kisah ini :

Absolute Zero : Fauzi
Lucid Dream : Ziggy
The Legend of Hell's Sword : Wheza
Time Capsule : Sartav
And many more...


Status Sosial :
Karena kebanyakan karakter FantasTeen tidak memiliki status sosial, (hampir semua latar waktu Fantasteen modern :v) kita langsung saja menuju penjelasannya. Tentu saja orang setingkat raja atau presiden tidak akan berbicara kasar seperti anak jalanan. Basic thinking.

Yah, kalian bisa baca Fantasteen Absolute Zero dan membandingkan cara bicara karakter biasa dengan pimpinan, atau baca cerita lain tentang kerajaan/history fiction novel. Too bad I hardly find some book like that.

Tapi dalam Book of Black Spell, semuanya berbicara monoton walau ada ketuanya. Cara penyampaian penulisnya sangat cukup baku, jadi memang harus seperti itu... (rohaluss digampar karena menyebar info gak penting)

Kepintaran :
Tingkat kejeniusan orang mempengaruhi cara orang berbicara. Cara berbicara profesor dan murid jauh berbeda, kan? Carol, karena dia detektif yang 'kurang' pengalaman, ia lebih sering bertanya pada partnernya dengan sopan (yah, masalahnya partnernya malah...).

Soal Chrisoper (Lucid Dream), yang baca pasti tahu, saking jeniusnya ia menggunakan kata berat dan istilah... yang mengerikan.

Latar Belakang :
Carol, karkaterku, adalah imigran dari Inggris yang tinggal di Indonesia sejak ibunya menikah (lagi) dengan pengusaha perhotelan di Jakarta. Dia kesulitan dalam bahasa gaul (dan alay) namun sudah dapat berbicara dengan lancar. Aku berusaha menulis kalimat Carol dengan kaku. Tapi susah...

Nah, aku gak bisa bahas latar belakang karakter orang lain. Tapi supaya adil, HARIS, KEMARI!! Keluar kau dari buku The Legend of Hell's Sword. Peranmu di bab pertama menjanjikan.

Sebagai remaja yang mulai berpikir logika, Haris sudah tidak percaya lagi pada legenda pedang terkuat yang selalu diceritakan oleh neneknya. Dia bahkan mengeluh, dan mulai berbicara soal ketidakmasukakalan (harus di-spasi gak sih?) kisah itu. Yah, untuk lebih lengkapnya, beli bukunya sendiri. (#Promosi)

Ekstrovert / Introvert :
Buat yang belum tahu apa itu introvert/ekstrovert... Introvert adalah orang yang 'lelah' saat berbicara dengan orang. Mereka sangat sulit mendapatkan 'energi' berbicara, dan rasanya tidak betah saat berbicara dengan orang tidak penting. Ekstrovert, kebalikannya, mengisi 'energi' dengan berbicara dan sangat menyukai berada di sekitar orang.

Intinya, pendiam dan pembicara, lah.

Kebanyakan karakter FantasTeen adalah Ekstrovert. Mereka suka berbicara dan tidak menghindari sebuah pembicaraan yang bahkan tidak ada gunanya. (Kuakui, memang lebih mudah menulis kisah orang-orang ekstrovert karena terkesan tidak monoton dan menarik)Tapi, yang *sedikit* melawan tradisi tersebut, ada Time Capsule (Sartav) yang bercerita tentang anak yang agak pendiam.

Serius atau Tukang Bercanda :
Untuk karakterku sendiri, Carol, dia benci sekali saat partnernya mulai mengoceh atau bercanda. Pertama, karena dia tidak mengerti joke orang asli Indonesia (kembali ke bagian latar belakang). Dua, dia diajari serius oleh orangtuanya. Dia hampir tidak mengerti apa itu bercanda.

Dan soal Christoper (lagi?), karena logika dan kepintarannya, dia sulit diajak bercanda. SANGAT berbeda jika dibandingkan Haris dan kawannya, Aga.... [reminder : TLHS] kesannya lebih ceria. Apalagi, ya? Oh, Jawa Jejawen, mungkin kalian akan menemukan banyak contoh 'serius' atau 'tukang bercanda'.

Panjang Lebar atau Singkat Padat dan Jelas :
(OOT : Yang membaca Anne of The Green Gables tanpa melewati satupun kata, You are the real MPV reader. Aku sendiri gak kuat baca satu paragraf berisi curhatan Anne. Btw, satu paragrafnya 2 halaman lebih satu baris dalam format 'tulisan doang'. Gak ada ilustrasi dan space margin-nya cuma satu)

Oke, karakterku lebih suka to-the-point. Karaktermu?

Chris menjadi contoh sebagai karakter berpanjang lebar. Well, here goes the rest... dalam Terrible Mission, (walau agak monoton) karakter-karakter di sana bahasanya lebay. Dalam Absolute Zero, karakternya berbicara padat-seadanya. Kalau dibahas satu-satu, mataku bisa pecah. Langsung ke topik selanjutnya!

Asbun atau 'Pikir sesuai logika' :
Ada karakter yang asal ceplos, ngomong jujur dan seadanya, seenak dengkul... ada juga yang berpikir sebelum berkata, merasakan kata-kata itu sebelum diludahkan keluar, dan semacamnya.

Sekarang, kita membahas Alex dari Wonderworks (wow, buku jadul) yang beneran sering 'nyembur' dalam bicara. Tidak dalam maksud sebenarnya.

Lalu, buat yang mikir-mikir dulu... karakterku enggak terlalu [evil smirk]. Siapa, ya...

Bagaimana Karakter Menghiraukan Lingkungannya :
Oke, saatnya membahas Arus Revoir secara eksklusif! Kemari, Arus. Russs... sinisini... (kucing?)

Absolute Zero bercerita tentang lingkungan yang berubah, terutama cuaca. Arus terlihat sangat peduli terhadap hal itu. Yap. Baca aja bukunya. *Rohaluss ditabok Arus*

Bagaimana Karakter Mengambil Keputusan :
Oke, karena tutorial ini sudah kepanjangan... aku tidak akan membuat contohnya.

Apa yang Karakter Pedulikan


Oke, akhirnya selesai juga! Terima kasih untuk Chris yang hampir menjadi contoh di tiap poin, Haris yang sudah berkunjung, Arus yang... oke, jangan lemparkan pisau itu, Tuan Revoir. Aku kehabisan durasi. Terima kasih juga untuk Ziggy, Wheza, Fauzi, Tsabita, dan semua penulis yang terlibat tanpa izin! Sampai jumpa di tips menulis lainnya!!

Komentar

Postingan Populer